Total Tayangan Halaman

Sabtu, 24 Agustus 2013

Kantong Pelastik


Rabu biasanya menjadi hari baik bagi Karel, entah ya dari dulu hari Rabu selalu saja menjadi hari keberuntungan untuknya. Ia menyebut hari Rabu adalah hari Lotre. Hidup memang seperti lotre kita tidak tahu apa yang akan terjadi setiap detiknya, apakah kita akan mendapat keberuntungan ataukah kita akan mendapat kerugian besar. Semuanya diserahakan kepada waktu dan tentu saja takdir. Ada pepatah mengatakan recanakanlah sebagian hidupmu sisanya biarlah menjadi kejutan. Karena banyak hal-hal yang tak terduga yang akan terjadi. Seperti hari ini.
Karel yang selalu asik mengunyah permen karetnya baru saja pulang dari sekolah, seragam putih abu-abunya sedikit basah karena dari sejak pagi langit tak berhenti meneteskan rintik hujan, menyebabkan aspal yang basah dan wangi yang khas. Karel bergegas pulang, hari ini ia punya janji untuk menemui teman-teman SMP nya. Sejak Karel menjadi anak SMA, ia belum menemukan teman-teman yang se asik teman-teman SMP nya, Karel bersekolah di SMA yang cukup elit di kota, atmosfer di SMA tempat Karel belajar tak terlalu bersahabat seperti sekolah SMP nya dulu di desa. Makanya hari ni Karel sangat bersemangat sekali ketika teman-teman SMP nya mengajaknya bertemu. Karel sengaja tak pulang dulu ke rumah karena ia sudah tak sabar betemu teman-temannya. Karel mengenakan jaket kulitnya, memakai helm, menunggangi motor gedenya.
Karel melaju dengan kecepatan sedang, ia menikmati perjalanan menuju desa, tempat-tempat yang ia lalui memutar otaknya untuk kembali mengenang kenangan indah bersama teman-temannya, karena Karel memang di lahirkan dan di besarkan di Desa ini, jadi setiap sudut dari desa ini adalah sejarah baginya. Sejarah yang menyenangkan. Di desa ini Karel belajar banyak hal, belajar kesederhanaan, kebersamaan, dan belajar jatuh cinta.
Karel melintasi satu buah pohon kersen tak sadar ia melukisnya garis senyum di wajahnya, ia teringat saat ia masih kelas 1 SMP di sana ia menangis sejadi-jadinya, karena saat ia menaiki pohon kersen demi mengambil buah kersen untuk Kirana. Kirana adalah anak dari pengasuh Karel. Karena Ayah dan Ibu Karel sama-sama bekerja sejak kecil Karel di asuh oleh ibunya Kirana. Oleh karena itu Karel dan Kirana ini sangat dekat.
Saat itu di atas pohon ada ular yang melilit di ranting, Karel sangat ketakutan sekali, ia menangis. Kirana yang saat itu kasihan pada Karel dengan sigap membawa batang bambu dan mengusir ular itu yang ternyata bukan ular itu hanya lilitan tanaman parasit berwarna kuning kecoklatan, sekilas memang mirip dengan ular. Karel malu setengah mati, ia sudah menangis dan di tolong pula oleh Kirana yang ironisnya seorang perempuan. Harga diri ke laki-lakian nya mau di taruh di mana. Sejak itu Karel meminta Kirana untuk tidak menceritakan hal memalukan tersebut kepada teman-teman lainnya.
“ Kirana, berjanjilah kepadaku apapun yang terjadi jangan ada yang tahu tentang hal ini” pinta Karel sambil menyeka sisa air mata di pipinya.
“ Iya Karel hihihi” Kirana tak tahan menahan tawa nya.
“ Tuh kan, kamu malah menertawakanku, Please Kirana ini hanya rahasia kita berdua saja” kali ini Karel memohon dengan melipat kedua tangannya.
“ Iya Karel, kamu harus percaya padaku” Kirana meyakinkan
Kirana menyetujuinya, meskipun ia sebenernya geli sekali dengan kejadian itu dan ingin sekali menceritakan kepada teman-temannya ketika sedang bermain truth or dare, namun batin Kirana tak tega. Karena sejak saat itu entah kenapa Kirana menyimpan kekaguman tersendiri kepada Karel. Jadi ia memilih untuk menyimpan cerita –dan kekagumannya- di dalam hati saja. Karel selalu khawatir jika teman-temannya sudah mengajaknya bermain truth or dare, karena pasti teman-temannya akan memberi pertanyaan dan tantangan yang pasti gila. Namun Karel adalah laki-laki yang selalu beruntung, setiap bermain truth or dare moncong botol tak pernah mengarah kepadanya, itu artinya ia tak pernah mendapat giliran untuk menjalankan truth maupun dare dari teman-temannya. Karena hal itu Danu selalu menyangka kalau Karel memiliki kekuatan magic semacam sihir agar bisa terhindar dari permainan gila ini. Bahkan pernah sebelum memulai permaianan Danu memaksa bertukar tempat dengan Karel karena Danu curiga bahwa tempat duduk Karel sudah diberi semacam mantra-mantra.
“Sebelum memulai permainan ini, saya mau kita tukeran tempat dulu Karel” pinta Danu
“Buat apa, sama saja kan?” tolak Karel malas
“Tidak, pokonya kita tukeran, saya yakin tempatmu itu sudah diberi mantra-mantra kan?” Danu masih saja menaruh curiga pada Karel
“ Ya Tuhan Danu ini taun berapa sih? Masih aja percaya sama yang begituan” Protes Jaka yang kala itu sudah tak sabar memulai permainan.
“Jaka kamu tahu film Harry Potter di rilis tahun berapa? Tahun 2000 jadi hal-hal begituan masih hits tau. Atau jangan-jangan kamu alumni dari Hogwarts School ya Karel?” Danu masih keukeuh
“Ya ampuun Danuuu jangan mulai deh” Jaka mulai kesal
“Jangan mentang-mentang Karel itu mirip sama kamu, lantas kamu membela nya berbuat curang ya Jaka, atau jangan-jangan kalian berkomplot?” tuduh Danu.
Jaka ini memang memiliki kemiripan wajah dengan Karel, namun kulit Jaka agak sedikit gelap, dan berat badannya mungkin lebih kurus 5kg dari Karel. Orang lain pasti menyangka Karel dan Jaka ini adalah adik dan kaka.
“Sudah-sudah, nanti malah ga jadi ni main Truth or Dare nya” Kirana berusaha menyudahi perdebatan.
“Silakan Danu Potter tempat ini milikmu” Karel mempersilakan.
Karel menyetujuinya untuk bertukar tempat, Danu tersenyum puas. Tapi apa yang terjadi?  justru botol itu terus-terusan mengarah ke arah Danu. Danu di kerjai habis-habisan oleh Jaka, Karel dan Kirana.
Motor Karel tiba-tiba seperti menggilas sesuatu, Karel pun dengan spontan mengerem motornya. Ia berbalik, melihat apa yang barusan ia gilas, taktunya binatang seperti tikus atau kucing. Karel melepas helmnya, agar bisa melihat lebih jelas benda yang tadi digilasnya. Karel melihat sesuatu berwarna hitam seperti kantong plastik, Karel penasaran, ia turun dari motornya dan ingin melihat apa isi kantong plastik itu. Tiba-tiba dari sebrang jalan ada seseorang memanggil.
“Woiiii KAREEEEEELLLL” teriak Danu
Karel pun menoleh ke sumber suara.
“Danuu Potter.. gila kangen banget gue” Karel berlari kecil ke arah Danu.
“Apa kabar lo Karel, bawa oleh-oleh mantra apa nih?”
“ Hahahahha masih aja ya” Karel mengacak-acak rambut Danu
“Lo sama siapa kesini Rel?”
“Sendiri aja nih, lo sama siapa Danu? ”
“Sendiri, gue baru balik dari….” Danu tak melanjutkan kata-katanya, pandangannya teralihkan ke arah motor gede milik Karel
“Gila motor lo keren banget nih, gue yakin nih ini pasti motor bekju yang lo mantra jadi moge” Danu mengelus-elus boddy motor Karel.
“Astaga Danu kelakuan lo ga berubah, ayo naik yang lain pasti udah nunggu”
“Oh ya kita jadi kumpul sekarang di rumah Jaka”
“Oke lets go…”

Karel memakai lagi helmnya, dan kemudian melaju dengan motornya. Karel pun melupakan tujuan utamanya membuka helm. Melihat isi kantong plastik itu.
Tak lama Karel dan Danu sampai di rumah Jaka, di sana Kirana dan Jaka nampak sedang menyiapkan lapak untuk acara reunian kecil mereka. Kirana sedang membawa nampan berisi piring dengan kue-kue manis, dan sepiring keripik singkong favotit mereka. Jaka dan Kirana pun menyambut kedatangan Danu dan Karel.
“Karel my bro hahahah apa kabar nih?” Jaka memeluk Karel
“Baik-baik, lo gimana udah lebih ganteng dari gue belum nih haha ?”
“Haha kulit gue udah agak putihan dikit sih hahah”
“ Hahahaha” Jaka , Danu tertawa terbahak, berbeda dengan Kirana ia hanya tersenyum simpul sambil menutup mulutnya.
“Hi Kirana” Karel menghampiri Kirana
“Hi Rel, kamu tinggian ya sekarang” kepala Kirana agak mendongkak ke atas.
“Kamu kok jadi pucet? Kamu sehat?” Karel memperhatikan wajah Kirana yang memang agak pucat.
“Sehat kok, mungkin hanya kecapean saja” Kirana menjadi salah tingkah.
Karel memang suka penasaran dengan sikap misterius Kirana. Kirana adalah perempuan yang tangguh namun tak banyak bicara, Kirana selalu melakukan hal-hal yang tak terduga yang tak terpikirkan oleh Karel. Dan karena alasan itulah kekaguman Karel terhadap Kirana timbul. Karel hampir tidak pernah bisa membaca pikiran Kirana.
“Ayo-ayo semuanya kumpul sini” ajak Danu.
Mereka berempat pun duduk melingkar di beranda, selain pohon kersen, tempat itu memang menjadi favorit mereka untuk sekedar berkumpul, bermain atau mengerjakan PR. Karena rumah Jaka memang memiliki view pesawahan yang terhampar luas di desa itu. Sangat menentramkan.
Ke empat sahabat yang sudah lama tidak bertemu itu, tenggelam dalam cerita-cerita kenangan dan pengalaman-pengalaman baru mereka di sekolah SMA. Namun di dalam hati Danu, Karel dan Kirana berharap agar hari itu jangan sampai Jaka mengajak mereka untuk bermain Turth or Dare. Sampai..
“Eh eh gimana kalo kita main Truth or Dare “ ajak Jaka. Danu, Karel dan Kirana hanya terdiam
            “Sebentar, gue ambil dulu botol nya” Jaka pun pergi meninggalkan kebisuan ketiga sahabatnya, ia menganggap mereka bertiga setuju-setuju saja. Tak lama Jaka kembali dengan botol warna hijau di tangannya.
“Oke kita mulai, gue mau kali ini Karel dapet giliran, Sekaliiii saja ya Tuhan” tanpa basa basi dan kesepakatan bersama, Jaka langsung saja memutar botol itu, dan moncong botol itu mengarah ke arah Jaka sendiri.
“Ah sial” gumam Jaka
“Lo pilih apa Jek?” Tanya Danu
“Mmmm dare aja lah”
“Oke, Muka lo sama si Karel itu kan mirip ya, coba lo tiruin ekspresi-ekspresi dari Karel, siap ya nanti gue foto in trus gue upload di instagram, harus semirip mungkin ya” jelas Danu
“Cuma gitu doing? Keciiilll” Jaka menjentikan jari kelingkingnya.
Karel dan Jaka duduk berdampingan mereka memasang muka dengan berbagai ekspresi, mulai dari manyun, nyengir, senyum alay bibir ditipis-tipisin, ngembungin pipi, sampai gaya mulut nganga. Danu yang memotret mereka dengan kamera HP nya tertawa geli melihat ekspresi Jaka dan Karel yang memang sangat mirip ini, begitupun Kirana ia tertawa kecil sambil menutup mulutnya, wajahnya masih terlihat pucat meski mengukir tawa. Berbeda dengan ibunya Jaka bu Manah yang sedari tadi memperhatikan anak-anak itu di balik jendela, Ibu Manah meneteskan air mata melihat dua wajah yang hampir mirip itu Jaka dan Karel. Wajah itu seakan memanahkan timah panas di hati bu Manah.  Hendak menyeka air mata yang jatuh di pipinya, sikut Ibu Manah tak sengaja menyenggol pot bunga, sehingga pot bunga itu jatuh dan pecah. PRANG!! Danu, Karel, Jaka dan Kirana langsung menoleh ke arah sumber suara. Jaka langsung berdiri dan beranjak dari tempat duduknya, menghampiri ibu yang berusa menyembunyikan wajah sedihnya, Ibu Manah memunguti pecahan-pecahan kaca yang berserakan di lantai.
“Ibu ada apa?” Jaka membungkuk dan membantu ibunya membereskan pecahan kaca.
“Ti.. tidak ada apa-apa nak ibu tadi terburu-buru jadi tak sengaja menyenggol pot bunga” Karena gugup tangan ibu Manah pun tertusuk pecahan kaca.
“AWW!” teriak bu Manah, mendengar terikan bu Manah Danu,Kirana dan Karel langsung mengahampiri bu Manah.
“Tuh kan ibu tidak hati-hati makanya….” Tiba-tiba Ibu Manah memeluk Jaka erat dan menangis sejadinya.
“Maafkan Ibu nak maafkan Ibu..” Jaka yang masih kebingungan, kenapa ibunya begitu sedihnya hanya karena memecahkan pot bunga. Pun Karel, Kirana dan Danu mereka juga di buat bingung oleh kelakuan ibu Manah.
“Hei.. tenang-tenang ibu…ada apa sebenarnya” Jaka mengeratkan dekapannya dan mengelus halus pundak ibunya.
“Ibu sudah tidak tahan lagi menyimpan semua ini sendiri Jaka, sekarang kamu sudah besar, kamu berhak tahu yang sebenarnya.” Jelas Ibu manah masih terisak.
“Apa yang sebenarnya ibu, katakana saja..”
“Sebenernya ibu sedih melihat kemiripan wajah kamu dengan Karel, karena itu mengingatkan ibu pada ayahmu nak… Ayahnya Karel” Ibu Manah hampir kehabisan nafas saat menyebutkan Ayahnya Karel. Karel hampir saja menelan permen karetnya. Sedangkan Jaka perlahan mereganggkan pelukannya. Jaka merasa lemas mendengar pernyataan ibunya. Kirana dan Danu saling menantap satu sama lain.
“Dulu waktu Karel masih tinggal di desa ini, Ibu adalah istri kedua dari Ayahnya Karel, beberapa tahun hubungan kami tidak diketahui oleh siapapun, sampai akhirnya ketika kamu berusia 13 tahun, ibunya Karel mengetahui kalau kamu adalah anak suaminya. Ibu Karel sangat marah waktu itu, dan akhirnya pindah dari desa ini. Namun ayah Karel sesekali sering kesini mengunjungi ibu dan memberi nafkah pada ibu” Penjelasan ibu Manah membuat ke empat sahabat itu kini diselimuti emosi yang ingin meluap namun terbendung oleh dinding takdir yang terbentang dan tak bisa diingkari kebenarannya.
“Selain mengunjungi ibu Manah, ayahmu juga sering mengunjungiku Karel” kata Kirana memecah keheningan, ia nampak ingin mengungkapkan sesuatu.
“Kirana…” Danu menggelengkan kepalanya, berusaha menghentikan ucapan Kirana.
“Kebaikan ayahmu dulu terhadap ibuku dan keluargaku, membuatku tak bisa menolak kehadirannya, jika ia berkunjung ke rumah. Aku menganggap ayahmu itu sebagai ayahku sendiri, sampai suatu hari ayahmu , ia memintaku untuk…” Kirana menitikan air matanya yang sedari terbendung. “ayahmu memintaku untuk melayaninya, aku kaget aku sempat berusaha untuk pergi, namun kejadian itu begitu cepat, aku tidak bisa melawan lagi, aku tak punya daya untuk itu Karel, sampai.. “ tangisan Kirana pun pecah, Kirana menutup wajahnya yang basah dengan kedua tangannya.
“ Kirana hamil Rel, beberapa hari yang lalu gue pergi ke rumah Kirana mau ngasih tau rencana reunian kita, tapi gue melihat Kirana muntah-muntah di rumahnya, Kirana menceritakan semuanya, ia sedang hamil dua bulan dan tadi pagi ia meminta gue mengantarnya ke dukun beranak buat gugurin kandungannya. Kirana ga mau lo tahu tentang kehamilan ini.” Jelas Danu.
“Jadi pas tadi lo ketemu gue di jalan itu, lo habis dari..” Tanya Karel
“Iya gue habis nganter Kirana, gue tadi ga sengaja menjatuhkan bungkusan berisi..”
“Bungkusan? Jadi kantong pelastik hitam yang tadi gue …”
“Iya itu … ”
Dada Karel sangat sesak, kenyataan ini begitu berat begitu tajam, menusuk jantungnya. Sakit sekali. Begitupun Jaka jantungnya terasa teriris memaksa emosinya untuk dimuntahkan.
“Bajingaaaaaaaaaaaaann” Jaka mengambil pecahan mulut pot bunga yang masih runcing dan hendak menghunuskan pecahan pot itu ke kepala Karel. Dengan sigap Danu menghadang Karel, berusaha menepis tangan Jaka. Lalu tiba-tiba leher Danu mengucurkan cairan kental berwarna merah, mengalir menembus kaos putihnya, rupanya pecahan pot itu tak sengaja mengenai leher Danu. Wajah Jaka pucat dan sangat kaget, Kirana dan Ibu Manah menutup mulut mereka dan berteriak histeris.
Motor Karel tiba-tiba seperti menggilas sesuatu, Karel tersadar dari lamunannya. Karel pun dengan spontan mengerem motornya. Ia berbalik, melihat apa yang barusan ia gilas, takunya binatang seperti tikus atau kucing. Karel melepas helmnya, agar bisa melihat lebih jelas benda yang tadi digilasnya. Karel melihat sesuatu berwarna hitam seperti kantong plastik, Karel penasaran, ia turun dari motornya dan ingin melihat apa isi kantong plastik itu. Tiba-tiba dari sebrang jalan ada seseorang memanggil.
“Woiiii KAREEEEEELLLL” teriak Danu
Karel pun menoleh ke sumber suara.
“Danuu Potter.. gila kangen banget gue” Karel berlari kecil ke arah Danu.
“Apa kabar lo Karel, bawa oleh-oleh mantra apa nih?”
“ Hahahahha masih aja ya” Karel mengacak-acak rambut Danu
“Lo sama siapa kesini Rel?”
“Sendiri aja nih, lo sama siapa Danu? ”
“Sendiri, gue baru balik dari….” Danu tak melanjutkan kata-katanya, pandangannya teralihkan ke arah motor gede milik Karel
“Gila motor lo keren banget nih, gue yakin nih ini pasti motor bekju yang lo mantra jadi moge” Danu mengelus-elus boddy motor Karel.
“Astaga Danu kelakuan lo ga berubah “
“Oh ya kita jadi kumpul sekarang di rumah Jaka, yu berangkat Rel”
“Sebentar Danu” Karel bingung tanpa ia sadari kejadian barusan sama persis dengan apa yang tadi ada di dalam lamunannya. Karel harus memastikan dulu bungkusan yang ia gilas tadi itu bukan… Karel menghampiri bungkusan kantong  plastik hitam yang tak sengaja ia gilas. Ketakutan dan keraguan menyelemuti Karel, ia sangat takut jika lamunannya tadi menjadi kenyataan. Perlahan ia membuka ikatan plastik hitam itu, dan ternyata isinya adalah hanya pelepah daun pisang. “Syukurlah” batin Karel.
“Danu tadi lo ga habis dari dukun beranak kan?” Tanya Karel spontan
“hahahaha Karel Karel ada-ada aja lo, gue kasih tau nih sefanatik nya gue sama hal- hal magic ga akan mungkin gue pergi ke dukun beranak, dukun santet mungkin, buat santet lo haha”
“hahaha, syukurlah yuk naik” Karel tertawa lega.
Tak lama Karel dan Danu sampai di rumah Jaka, di sana Kirana dan Jaka nampak sedang menyiapkan lapak untuk acara reunian kecil mereka. Kirana sedang membawa nampan berisi piring dengan kue-kue manis, dan sepiring keripik singkong favorit mereka. Jaka dan Kirana pun menyambut kedatangan Danu dan Karel.
“Karel my bro hahahah apa kabar nih?” Jaka memeluk Karel. Karel mulai khawatir.
“Baik-baik, lo gimana udah lebih ganteng dari gue belum nih haha ?”
“Haha kulit gue udah agak putihan dikit sih hahah”
“ Hahahaha” Jaka , Danu tertawa terbahak, berbeda dengan Kirana ia hanya tersenyum simpul sambil menutup mulutnya.
Rumah Jaka yang berada di tengah pesawahan berwarna hijau terang yang terhampar luas, sangat kontras dengan birunya langit saat itu. Karel mendapati Kirana yang samar-samar diterangi cahaya langit, tersenyum manis kepadanya. Rambutnya yang hitam dan panjang itu berkibar tertiup angin. Di matanya, keindahan pesawahan yang terhampar luas yang selalu dirindukan itu tiba-tiba memperoleh saingan.
“Hi Kirana” Karel menghampiri Kirana
“Hi Rel, kamu tinggian ya sekarang” kepala Kirana agak mendongkak ke atas.
“Wajah kamu kok jadi…. “ Mata karel tak lepas dari pandangan wajah Kirana, ia menelusuri setiap bentuk wajah Kirana, mempesona.
“… jadi tambah cantik sekarang..” lanjut Karel. Kirana hanya tertunduk dan melukiskan senyuman malu.
“CCCiieeeeeeeeeeee..” ledek Jaka dan Danu kompak.

Syukurlah hari rabunya kali ini tak mengerikan seperti lamunannya. Tidak menjadikan keindahan langit ini menjadi mendung. Malah mendapati pemandangan indah nan mempesona—cantik--. Kirana. Aku beruntung hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar